Friday, 13 October 2017

CTM (Chlorpheniramin Maleat)


CTM (Chlorpheniramin Maleat) atau 2-(P-Kloro, CI-(2- dimetilaminoetil)-benzil)- piridina maleat.
Gambar 1. Rumus bangun CTM

Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C16H16CIN2C4H4O4 di hitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemberian serbuk hablur, putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kelarutannya larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P dan dalam 10 bagian klorofrom P, sukar larut dalam eter. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Khasiat dan penggunaan sebagai Antihistaminikum dengan dosis maksimum sehari 40 mg (Anonim,1979).
Gambar 2. Contoh produk obat yang mengandung CTM
 
Mekanisme Kerja dan Efek Samping CTM
 Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin (Ansel,1989). Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel yang biasanya ditempati oleh histamin,dengan demikian akan menghilangkan kemampuan histamin untuk menimbulkan reaksi alergi (Harkness, 1989). Untuk interaksi obatnya antihistamin akan menekan sistem syaraf pusat. Obat ini menekan atau mengurangi sejumlah fungsi tubuh seperti koordinasi dan kewaspadaan, depresi berlebihan dan hilangnya fungsi tubuh dapat terjadi jika antihistamin di gunakan bersama dengan sistem syaraf pusat lainnya (Harkness, 1989).
Chlorpheniramine maleate merupakan antihistamin generasi pertama; derivat propilamina (alkylamine) yang biasa digunakan sebagai anti alergi. Dosis biasa adalah 4 mg setiap 4-6 jam. Obat ini banyak digunakan dalam pencegahan gejala kondisi alergi seperti rhinitis dan urtikaria, mengurangi merah, gatal, mata berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal dan pilek yang disebabkan oleh alergi, demam dan batuk. Umumnya chlorpheniramine maleate berikatan dengan reseptor histamin H1 dan memblok aksi histamin endogen, yang kemudian mengarah ke gejala negatif yang dibawa oleh histamin. Efek sedatif relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama lainnya. Obat ini diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi karena tingkat metabolisme pada mukosa GI dan hati yang relatif tinggi, hanya sekitar 25-60% dari obat ini tersedia untuk sirkulasi sistemik. Efek samping yang paling sering terlihat adalah depresi SSP (letargi, mengantuk) dan efek GI (diare dan muntah). Efek sedatif antihistamin dapat berkurang dengan berjalannya waktu. Efek antikolinergik yang mungkin terjadi adalah mulut kering dan retensi urin (Ali, dkk., 2004).
Efek samping yang dapat terjadi meliputi mulut kering, mengantuk dan pandangan kabur. Penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui (Sukandar dan Andrajati, 2009).

Dosis
Dosis chlorpheniramine maleate pada dewasa: 4 mg tiap 6 jam, Anak: 6-12 tahun 2 mg tiap 6 jam; 2,5 tahun 1 mg tiap 6 jam (Sukandar dan Andrajati, 2009).

Sediaan
         Sediaan chlorpheniramine maleate yang beredar di pasaran tersedia dalam bentuk tablet setara 4 mg, kaplet setara 4 mg, kapsul setara 4 mg, injeksi 10 mg/ml dan sirup setara 2,5 mg/5ml yang meliputi Alermak (Ifars), Allergen (Novapharin), Alleron (Mega Esa Farma), Ce Te Em (Erela), Chlorphenon (Ethica), Decaphenon (Harsen), Dehista (Berlico), Hufaphenon (Gratia), Orphen (Solas Langgeng Sejahtera), Pehachlor (Phapros), Tiramin (Balatif), Zecamex (First Medipharma) dan yang lainnya (Sukandar dan Andrajati, 2009).

PERTANYAAN :
1.    Apakah ctm selalu dijadikan efek terapi utama untuk pengobatan alergi? 
2.   Obat mana yang terbaik untuk pengobatan alergi, ctm, cetirizine dan loratadine. Jelaskan alasannya! 
3.    Apakah memungkinkan untuk pembuatan ctm dibuat dalam bentuk larutan/sirup?
4.  Mengapa ctm menimbulkan kantuk yang tinggi ?
5.  Apakah perbaikan farmakofor dari ctm bisa menghilangkan efek samping kantuknya? 


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Harkness, R., 1989, Interaksi Obat. Penerbit ITB: Bandung
Sukandar, E.Y. dan R.S. Andrajati. 2009. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI: Jakarta





 



24 comments:

  1. menurut saya penggunaan obat alergi, akan menimbulkan efek berbeda pada setiap orang, cetirizine merupakan antihistamin yang memiliki efek kantuk ringan namun loratadin memiliki efek kerja lama tanpa efek kantuk. jadi penggunaannya sesuai dari kebutuhan masing masing individu

    ReplyDelete
  2. Saya akan mencoba memaparkan pendapat saya mengenai soal nmr 3. Ya memungkinkan ctm dibuat dalam bentuk larutan atau sirup untk pasien yang tdk diberikan secara oral. Saya sendiri pernah melihat sediaan sirup cetirizine.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya saya setuju dengan deby.
      menurut saya ctm memungkinkan dibuat dalam bentuk sirup/suspensi khususnya untuk yang sukar menelan.

      Delete
  3. Hai Hilda, apakah CTM bisa diterima oleh semua umur ? Dan efek apakah yg di timbulkan ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai anonim, ctm tidak dapat digunakan untuk anak umur dibawah 6 tahun. Efek samping yang sering ditimbulkan dari ctm adalah mengantuk. Karena ctm dikenal sebagai antihistamin yang memberikan efek sedasi yang cukup tinggi

      Delete
  4. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ,CTM merupakan antihistamin turunan pertama sedangkan cetirizin dan loratadin adalah anti histamin turunan 2,dimana ES mengantuk pada turunan kedua lebih sedikit dibandingkan antihistamin turunan pertama sehingga cetirizin dan loratadin menjadi pilihan utama dibanding CTM,namun meskipun merupakan turunan kedua namun cetirizin dapat memberikan efek terapi yang lebih cepat dibandingkan loratadin(bekerja setelah 24 jam pemberia pertama loratadin) sehingga cetirizin lebih sering diresepkan daripada loratadin maupun CTM

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai winda. Saya mau menambahkan jawaban dari winda. CTM merupakan antihistamin reseptor H1 turunan 1, sedangkan cetirizin dan loratadin merupakan antihistamin reseptor H1 turunan 2.
      Soalnya jawaban winda ambigu. Apakah ctm, loratadin dan cetirizin antihistamin pada reseptor H1 kah atau H2 atau H3 :)

      Delete
  5. CTM dibuat syrup? saya rasa hal ini akan berkaitan lagi dengan sifat fisika, kimia dari zat aktif dan eksipien lainnya, karena untuk dibuat syrup seluruh ingredient haruslah dapat bercampur homogen

    ReplyDelete
    Replies
    1. yupss bener terkait dengan kelarutan zat aktif tersebut di dalam pelarutnya juga ,jadi hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelarutan

      Delete
    2. hai cek bum..
      sekarang sudah ada sediaan CTM sirup 60 ml produksi PT. YAKATRIA FARMA SOLO. bearati ctm bisa dibuat dalam bentuk sediaan sirup.

      Delete
  6. hay hilda saya akan mncoba mnjwb pertanyaan nmr 5
    melalui farmakofor mnrt saya tentu bs saja mengurangi dampak efek samping dr obat trsebut, hanya saja itu kembali ke struktur molekul dr obatnya

    ReplyDelete
  7. saya akan menjawab pertanyaa ini "Apakah ctm selalu dijadikan efek terapi utama untuk pengobatan alergi?" menurut artikel yang saya baca saat ini yang lebih dijadikan terapi utama adalah antihistamin genereasi kedua karena efek samping yang ada lebih minim dari efek samping generasi pertama sedangkan ctm merupakan antihistamin generasi pertama yang memiliki efek samping lebih banyak dari generasi kedua

    ReplyDelete
  8. Hai Hilda
    Saya ingin menambahkan pernyataan berkaitan dengan CTM,

    Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995).
    Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007).
    Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).

    ReplyDelete
  9. Hai, hilda

    Untuk obat ctm, dapat dibuat dalam bentuk sediaan sirup.

    Pemberian Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kelarutannya mudah larut dalam 4 bagian air (Anonim,1979).

    Karena rasa obat ctm yang pahit maka dapat dibuat dalam bentuk sediaan sirup. Selain itu ctm juga dapat dibuat dalam sediaan sirup karena mudah larut dalam air yang merupakan salah satu pelarut atau pembawa dari sediaan sirup.

    ReplyDelete
  10. menurut saya ctm tidak selalu direkomendasikan untuk pengobatan alergi, pada kondisi alergi berat menggunakan obat antihistamin golongan lain sangat dianjurkan dengan efek terapi yang lebih baik, ataupun didukung oleh rute pemberian untuk efek terapi yang lebih cepat.

    ReplyDelete
  11. 1. CTM tidak selalu digunakan sebagai pilihan pertama untuk pengobatan alergi, biasanya yang lebih banyak digunakan adalah cetirizine karena mekanisme kerjanya lebih cepat dalam mengatasi alergi

    ReplyDelete
  12. 2. cetirizine, karena Estimasi waktu efek yang timbul setelah mengonsumsi loratadine baru bisa muncul 24 jam setelah pemberian pertama sedangkan efek yang timbul setelah mengonsumsi cetirizine bisa didapatkan lebih cepat.

    ReplyDelete
  13. 5. Saya rasa jika farmakofor dari ctm dimodifikasi, ada kemungkinan ikatan dengan reseptor lebih baik, dan efek terapinya juga akan lebih baik

    ReplyDelete
  14. untuk pertanyaan nomor 4. Sebenarnya penggunaan CTM sebagai obat tidur itu tidak salah (menurut sumber yang saya baca), karena CTM merupakan obat bebas terbatas, namun aturan pakainya yang harus diperhatikan. Begitu juga dengan dosisnya, karena sebenarnya satu butir CTM saja sudah cukup. Dosis yang diperlukan untuk menimbulkan efek kantuk adalah seperempat tablet CTM. Sehingga perlu diingatkan pada masyarakat bahwa penambahan dosis yang tidak terbatas maah akan menimbulkan efek toksik (racun).

    ReplyDelete
  15. biasanya obat yang menyebabkan mengantuk ini karena bisa menembus sawar otak

    ReplyDelete
  16. No.4 karena CTM bersifat lipofik sehingga bisa menembus sawar otak, dimana jika obat ini berikatan pada reseptor yang ada di CNS akan menyebabkan kita mengantuk

    ReplyDelete
  17. Saya akan menjawab pertanyaan no. 4. Ctm merupakan ah1 .Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.

    Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.

    ReplyDelete
  18. No 3
    CTM bisa dibuat sediaan sirup, digunakan untuk anak2 contohnya:
    CTM YEKATRIA SYR 60ML 2MG/5ML
    Komposisi:
    klorfeniramin maleat 2mg/ 5 ml

    Kategori:
    Alergi dan Sistem Imun
    Indikasi:
    Alergi pada rinitis, urtikaria dan dermatitis
    Dosis:
    Anak 6-12 tahun : 3 x sehari 1 sendok takar
    Anak 2-6 tahun : 3 x sehari 1/2 sendok takar
    Penyajian:
    Berikan sesudah makan
    Kemasan:
    1 Botol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk sediaan sirup yekatria itu baagaimana ya ka

      Delete

FARMAKOFOR

Dalam suatu bidang farmasis, tentu saja tidak asing mendengar istilah obat. Obat-obatan seiring dengan perkembangan zaman perlu dikemba...